Jumat, 22 Mei 2009

Semacam dialog malaikat

Saat pertama kali menatap dunia “nyata”, terlintas dalam benak, apakah dunia memang dipenuhi oleh beragam ideology buta tentang “agama” atau tentang “realitas yang diper-tuhan ; AR-BABAN”. Tak pandang manusiakah, pemikirankah atau yang bukan sama sekali dari “jenis” mereka. Sadar atas keadaan dan keberadaan keinginan dan kepentingan kuasa dari nafsu yang menyerupai bentuk mereka sendiri. Sehingga mereka mempersepsikan kebenaran atas kemauan dan kepentingan masing-masing, kebenaran tersebut mewujud dalam doktrin shahih “halal darahmu”.
Ketika sesuatu dihadapi dengan justifikasi “surga atau nereka”, tidak ada kemungkinan ketiga, tidak ada pilihan berikutnya, pengkebirian hukum yang dilakukan niscaya menutup semua celah kekosongan atas arti membebaskan dari agama, berubah menjadi belenggu dan tirani emas berwujud dogma mengatasnamakan “yang maha”. Makna keseungguhan dan kepatuhan direduksi sedemikian rupa untuk menunjukkan betapa agama penuh peraturan mengikat dan membatasi gerak-langkah umat, bukan lagi kegembiraan dan kenyamanan pemeluk agama yang diutamakan, namun lebih kepada bagaimana cara agar mereka para pemeluk mempunyai ketaatan penuh atas doktrin surga dan neraka dari pemuka agama. Disini tidak lagi diperlukan interpretasi lain terhadap “perkataan suci”, biarpun kenyataan dan fakta kehidupan berbicara lain, hanya yang tertulis dan yang tertuang wajib dilakukan. Sekedar pertanyaan “siapakah yang menjadikan kenyataan dan fakta menjadi demikian? Bukankah Tuhan sendiri yang telah menjadikan kenyataan atas seizinnya?”.
Jika memang salah, sudikah kiranya “Kau” memberi petunjuk pada kami yang dianugrahi kebingungan, wahai Maha Mengetahui yang Jelas dan yang Samar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar